وَأَقِيْمُوا
الصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا الزَّكَوٰةَ
“Dan
dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat…” (Q.s.Al-Baqarah : 110)
Salat merupakan salah satu
perintah Allah kepada orang yang beriman. Salat adalah tiang agama. Mendirikan
salat berarti ia telah mendirikan agamanya. Jika meninggalkan salat,
berarti telah meruntuhkan agama. Lalu salat seperti apa yang dikehendaki agama?
Yang dikatakan salat mencegah perbuatan keji dan munkar, tapi kenapa kaum
muslimin masih yang berbuat kemunkaran? Siapa yang salah? Salatkah atau
orangnya?
Iya, salat kita memang belum
sempurna.
Mendirikan: memasang (meletakkan) berdiri, menegakkan,
membuat atau membangun (bangunan), membentuk (mengadakan perkumpulan, dll),
menjalankan.
Diibaratkan mendirikan
sebuah bangunan, tentu bangunan tersebut perlu waktu, material dan ilmu
tentunya. Bangunan tidak akan berdiri, jika tanpa ada waktu, perhatian dan
harus dikerjakan dengan konsisten sampai bangunan itu selesai.
Bahan bangun berupa semin,
paku, besi, dan lain sebagainya. Dan bentuk bangunan akan jelek, atau
setidaknya tidak akan sempurna jika dilakukan tanpa ilmu dan asal-asalan.
Sebagaimana bangunan, salat
juga memerlukan waktu, perhatian, ilmu
dan ‘material’ agar bangunan salat dapat berdiri tegak (sifat shalat ada
pada diri kita) dan berfungsi sebagaimana yang dikehendaki.
Beberapa kretiria yang harus
kita lakukan, agar sifat salat ada pada diri kita.
ü Da’wahkan
pentingnya salat.
a) Seringnya
membicarakan penting dan fadhilah salat, agar rasa penting dan fadhilah salat
tertanam dalam diri kita. Hingga kita merasa butuh pada salat dan bisa menaruh
perhatian pada salat.
b) Menda’wahkan,
juga merupakan perintah agama. Agar umat Islam perhatian pada salat dan salat
selalu ditegakkan di muka bumi ini. Belum termasuk mendirikan salat, jika ia
shalat, namun tidak perduli dengan saudara muslim lainnya (salat ataukah tidak).
ü Perlu
ilmu, agar kualitas dan kuantitas salat
semakin membaik.
a. Bermula
istinja, mandi wajib, berwudu dan bab thaharah lainnya. Karena sedikit saja
najis menempel dibadan kita, maka salat tertolak.
b. Memperbaiki
gerak-gerik dan bacaan salat (dengan ilmu).
ü Menghadirkan
keagungan Allah ketika salat.
ü Membawa
sifat harap dan takut. Berharap salat kita diterima dan takut salat kita
ditolak (azamkan dalam diri, akan selalu berusaha memperbaiki salat).
ü Menjaga
makanan, jangan sampai mengonsumsi makanan haram, bersumber dari yang haram dan
perhatikan pembuat dari makanan yang kita beli.
ü Membawa
sifat ketaatan di dalam salat ke dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam salat
ada menutup aurat, maka di luar salat juga menutup aurat. Di dalam salat ada
baca Al-Qur’an, berdzikir, tundukkan pandangan, menjaga dari hal-hal yang
membatalkan (kemaksiatan), salam, dan lain sebagainya, maka di luar salat pun
demikian.
ü Membawa
sifat taqwa di dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang kita perbuat dalam
kehidupan sehari-hari, maka juga akan berdampak pada konsentrasi di dalam
salat. Jika di luar salat kita sedang memikirkan sesuatu, maka besar
kemungkinan di dalam salat kita juga masih memikirkannya. Maka tak heran, jika
di luar salat kita sering mengingat Allah, di dalam salat pun kita akan banyak mengingat
Allah.
ü Belajar
menyelesaikan masalah dengan salat.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.s.
Al-Baqarah : 153)
Mungkin kualitas salat seperti kita belumlah bisa
mendatangkan pertolongan Allah, tapi yang dikehendaki; bagaimana kita bisa
menjadikan salat sebagai kebutuhan kita, sebagai langkah awal dalam menyelesaikan
masalah, dan kita belajar untuk mengamalkan satu ayat ini.
ü Selalu
berdoa, agar Allah mengaruniakan taufik dan karunia-Nya, untuk mendirikan shlat
khusyu dan dengan cara yang benar.
“Secara fisik, shalat memang
bisa ditunaikan, tapi menuntut ilmu dan usaha supaya hakekat salat benar-benar
ada pada diri kita tidak ada habis-habisnya.”
Berusaha menyempurnakan
salat adalah perkara besar. Karena salat adalah tanda adanya iman dan jalan
keberuntungan dunia akhirat.
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١) ألَّذِيْنَ
هُمْ فِى صَلَاتِهِم خٰشِعُونَ (٢)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu' dalam salat.” (Q.s. Al-Mu’minuun : 1-2)
Gambar : dari google.
Sumber: bayan pagi
25-12-2015. Nizamuddin-India.
Waaa, terima kasih nih pencerahannya.
ReplyDeleteMmg kdg sholat hny sebatas memenuhi kewajiban saja padahal ketika bener2 ikhlas, terasa bgt manfaatnya.
terima kasih sudah diingatkan. kadang ada org yg sholatnya rajin, tapi kok kelakuannya tdk mencerminkan kerajinan dlm sholatnya, berarti memang ada yg kurang dlm sholatnya ya...
ReplyDeleteALhamdulillah ketemu artikel ini, jadi bisa membuat saya introspeksi,
ReplyDeleteMakasi mbak sudah ngasih pencerahan.. Setidaknya aku kembali di ingatkan setelah baca artikel ini
ReplyDeleteterima kasih untuk postingannya. Terus berusaha supaya sholat menjadi sempurna :)
ReplyDeletenice post, gently remind us to check our pray...
ReplyDeletesudah mendirikan atau hanya mengerjakan sholat?
#selfreminder
terimakasih sharenya ya mak. mengingatkan kembali bahwa sholat tidak hanya berupa gerakan. tapi juga ada ilmu di dalamnya.
ReplyDeletemasih harus belajar nih shalat dg khusyuk
ReplyDeleteDuuuh...jadi malu, masih perlu belajar untuk bisa menjadikan shalat sebagai kebutuhan bukan sekear perintah agama..nice post mbak, terima kasih sudah mengingatkan :)
ReplyDelete